THE BASICS
Rumusnya selalu sama sedari dulu:
(1) Penghasilan — Tabungan = Pengeluaran
(2) Penghasilan — Pengeluaran = Tabungan
Di kategori manakah lo? Kelihatannya keduanya sama tapi perbedaan penempatan aja mempunyai implikasi yang berbeda ke cara lo atur keuangan lo.
Gua adalah tipe (1).
Hal pertama yang gua lakukan ketika menerima gaji adalah mengurangi sebagian besarnya dalam bentuk tabungan dan instrumen investasi. Gua bisa melakukan ini karena gua sudah tahu pasti berapa pengeluaran gua per bulan untuk hidup. Hidup, ini berarti biaya transport kerja setiap hari dan makan setiap hari. Konsekuensinya, jatah makan gua setiap hari sudah ditakar dan tidak akan melebihi nominal tertentu. Gua tahu banget kalau hari ini melebihi budget harian, berarti esoknya gua harus makan sesuatu yang lebih murah. No compromise. Bahkan seringkali gua menolak lapar atau membawa bekal (kaya foto di atas) karena sehari sebelumnya udah makan yang mewah.
Kebalikannya adalah tipe (2).
Ini gua yang dulu. Gua yang kalau dapet uang, yang pertama gua pikirkan adalah baju baru apa yang bisa gua beli, gadget apa yang bisa gua tambah ke koleksi gua, tempat asik mana yang gua mau bawa gebetan” gua. Akhirnya, karena dasarnya manusia yg ga pernah puas, saldo tabungan nambah tapi dikiiit banget. Enak sih hidup kayak gini. Mewah. Hip. Tapi hidup kayak ginilah yang melahirkan istilah “tanggal muda” dan “tanggal tua”. Mau selamanya hidup dipecundangi sama midnight sale? Sadar gak kalau mall itu sengaja bikin event satu dua hari setelah gajian?
IF YOUR MONEY IS NEVER ENOUGH
Good news, lo ga sendiri. Been there done that got the t-shirt dan untungnya ada jalan keluarnya. Kalau nyimak baik” dari rumus di atas harusnya sudah bisa mengambil konklusi sendiri. But here’s a help.
Yang namanya kekurangan jalannya setau otak Cina gua cuma dua, antara (1) lo nambah penghasilan lo atau (2) lo ngurangin pengeluaran lo. That’s it. Pilihan pertama cenderung susah dan butuh waktu lama. Cara yang paling mutakhir buat gua untuk atur keuangan di kala emergency adalah cara nomer dua.
Makanya hidup jangan pake gengsi. Ga ada yang salah kok dengan makan nasi bungkus warteg deket kantor sesekali. Lo bayar kan bukan nyolong? Ga ada yang salah kok dengan menggantikan kunjungan ke salon dengan merawat rambut sendiri dari rumah. Ga ada yang salah kok dengan memilih hiburan di luar mal yang lebih murah dan ga kalah asiknya. Sekalian jadi tahu mana temen-temen yg bener-bener melihat lo apa adanya, bukan ada apanya.
GENGSI
Buang gengsi jauh-jauh. Emang sih ini susah, tapi gua bisa kok buktinya. Atau gini, gengsi boleh aja dipiara. Tapi ubah prinsip gengsi lo. Gengsi bukan pakai mobil bokap yang 3000 cc yang bayar bensinnya aja lo udah kembang kempis, tapi bisa pakai mobil apa aja biarpun cuma 1300 cc yang penting STNK nya atas nama sendiri dan bayar bensinnya sendiri.
In short. Jaga lifestyle lo. Don’t live beyond your means. Gua punya teman, someone I look up to, a filthy-stinkin-rich techie guy who owns a chateau in Paris. Sampai hari ini masih pake sport shoe (bukan sports car) kalau meeting, dan pakai paper clip instead of money clip atau bahkan dompet. Serius. Ga bohong. Lagian kalau lo emang kaya, dan tahu lo kaya, ngapain pusingin penampilan. Contoh lain, Bob Sadino dengan celana jeans pendeknya. Orang kaya itu secure with who they are dan ga memusingkan gengsi, apalagi cuma sekedar penampilan.
Akan datang waktunya untuk lo hidup dengan lifestyle yang mewah. Gua percaya Tuhan akan bikin kita terus naik dan bukan turun. Cuman, kalo kapasitas pribadi lo sekarang masih level 1 mau hidup di level 5, kayanya seberapa pun berusaha kapasitas dan hidup lo susah untuk naik ke level 5 yang beneran, karena capek bok nalanginnya.
BELAJAR & TAKE ACTION
My financial life is shaped by this two events:
(1) Bisa dibilang cara pikir gua berubah saat harus berjuang menghidupi diri sendiri di Negeri Kangguru. (2) Ketika gua menemukan buku Ligwina Hananto yang judulnya “100 Cara Untuk Tidak Miskin”. Buku gokil yang sampai sekarang masih gua pakai checklistnya untuk atur keuangan gua.
Banyak tujuan finansial gua yang tercapai simply karena mengerti dasar-dasar yang diajarkan di buku ini. Sudah 22 yang berhasil gua centang dari 100 langkah (Update 2017: 35+ are checked). I’m happy to say that I’m financially independent, walaupun masih panjang jalannya menuju financial freedom. But I know I’m heading there. I fully recommend this book. And anyone who’d like to ask and share, I’m more than happy to do so.
Jadi, besok gajian udah tahu donk mau diapain dulu duitnya? Rumus (1) atau (2)? Mau tetep dipecundangi midnight sale?
Its’ yours to decide.
@fellexandro
(Originally posted on my previous blog on July 24, 2012)
—
Thanks for reading!
Kalau tulisan ini ngena buat lo, share ke orang-orang yang lo rasa butuh baca ini juga. One act of kindness can have a huge ripple effect. ♥️
Kalau lo suka inspirasi seperti ini, gua share bite-sized daily thoughts di:
| Instagram | Twitter |
5 Responses
Rumus (1) tentunya. Dan sepertinya saya juga butuh buku itu. Apakah masih ada di toko buku ya? #brbpergi
Hi Wenny, harusnya masih ada di Gramedia hehe. Klo enggak ada colek aja di Twitter Ligwina Hananto.
Gue pikir ini Medium… hahaha… Bakgroundnya sama soalnya…
One Note: “Orang kaya itu secure with who they are dan ga memusingkan gengsi, apalagi cuma sekedar penampilan.”
Lagi-lagi Anda berhasil membuat Gue (Anak Selatan, Jo..) Menarik perhatian dengan menulis komentar…
Jujur, gue bisa dibilang Pelit, bahkan kata temen gue sama diri sendiri aja pelit… hahaha… Who Cares…
Selama gue bisa menfaatkan Penghasilan Gue buat sesuatu yg bermanfaat ga ada salahnya…
Thank you, mas Ruby for your Insigt
Bersyukur sejak udah bekerja tetap, selalu menyisihkan gaji dulu setiap gajian dan membuat budget kebutuhan bulanan meskipun masih ada melesetnya. Karena gaenak banget rasanya akhir bulan harus menjadi mode mengenaskan (Apalagi anak rantau). Cuma dengan mulai menabung ini ada masalah kembali, masih belum tahu ini tabungan bijaknya diarahkan kemana. huhuhu