Berita ini meramaikan sosmed gua selama beberapa hari terakhir. Bahkan, ada yang bikin analisa untung-rugi dari deal ini. Dalam dua hari sejak berita ini viral, valuasi saham Spotify sudah naik $ 4.5 Billion. Ini mungkin oversimplifying, tapi bisa dibilang ‘cuan’-nya Spotify dari deal ini … 4500%. Well, at least for now.
What does it mean for Indonesia’s podcast scene though?
In short, promising. In detail, read further.
Congrats Podcaster, We Are Almost There
Sebenarnya, pergerakan Spotify sudah mulai terbaca di tahun lalu ketika mengakuisisi Anchor & Gimlet Media dengan nilai yang gak kalah fantastis … $340M. Nah, gua mau ngajak lo mikir gambar besarnya.
Anchor mendominasi sisi hulu & monetization. Hampir semua podcaster Indonesia menggunakan platform ini untuk publish content mereka. Kalau di Amerika, Anchor juga memudahkan podcaster untuk menyelipkan ‘ads’ di tengah-tengah konten mereka, layaknya Google AdSense kalau di Youtube. Kita tinggal tunggu waktu, agency di Indonesia akan mulai menawarkan slot ini ke brand dan klien mereka.
Kita bikin hitungan bego-nya ya. Kalau menurut AdvertiseCast, rata-rata CPM (Cost Per Mille) atau biaya iklan per 1000x di-dengar, adalah $15 untuk iklan 10 detik.
Terakhir kali dapet bocoran info, salah satu podcast yang masuk top 5 di Spotify perlu tembus 1.000.000 kali plays dalam waktu 3 bulan untuk bertengger di sana. Asumsi best scenario, kalau semuanya dipasangin ads, berarti 1.000.000 plays = 1000 x $15 (CPM) = $15.000 = 215.000.000 Juta Rupiah.
Not bad at all =) Tapi … ya nanti. Nunggu fiturnya dinyalain sama Anchor di Indonesia. Nunggu brand-brand mature enough untuk nyobain platform ini. Dan ya syukur-syukur gak dikejer dirjen pajak. Hihihi.
Again, congrats podcaster Indonesia. Buat lo yang udah bertahun-tahun bikin konten di platform ini secara konsisten, reward-nya akan bisa lo rasakan dalam waktu dekat. Nah, sekarang baru kita ke Joe Rogan.
The Game Has Changed : From Music To Intellectual Property
Bisa dibilang, Joe adalah raja-nya podcast di Amerika dengan lebih dari 200 Juta download tiap bulannnya. Kalau pake metric ads di atas, plus iklan AdSense dari Youtube, plus kerjasama dengan brand, estimasinya doi bisa bawa pulang 25-30 Juta Dollar per tahun.
Yang menarik, isi deal-nya Joe Rogan dengan Spotify. Semua konten, baik audio maupun video menjadi milik Spotify. Jadi, paling lambat akhir tahun ini, semua konten Joe, akan di take down, dan nantinya cuma bisa dinikmati di Spotify. Denger-denger, mereka bahkan menyiapkan fitur di appnya yang khusus bisa muterin video, demi Joe. Atau bahkan ke depannya Spotify ngajak head-to-head sama Youtube? Bisa jadi. Tapi satu yg pasti … Spotify uda ga lagi bermain di musik aja. Mereka uda siap ‘membayar’ konten yang bermutu.
The IP game is on. Creators, finally kerja keras kita di value langsung sama platformnya. Sebagai creator kaya lo & gue, Joe jadi lebih bisa fokus bikin konten, daripada pusingin besok bisa makan apa enggak. Ya buat Joe, mungkin pertanyaanya uda bukan soal makan sih, tapi mau beli jam AP limited edition yang mana. But you get what I mean.
YouTube kecolongan? Bisa jadi. Joe punya 8.5 Juta subscriber dan so far udah menghasilkan 2 Billion video views. Belum lagi kalau ngomongin Gimlet Media yg juga dibeli Spotify. Mereka uda punya podcast populer seperti Homecoming & StartUp yang akhirnya diambil IP-nya dan dijadikan TV Show.
Pattern yang sama juga bisa dilihat di beberapa platform lain yg mulai berebut IP. Luminary, platform baru yang menyebut dirinya “Netflix for podcast” udah nge-lock tiga podcast show populer : How I Built This-nya Guy Raz, Under The Skin-nya Russell Brand, dan Adam Davidson yang bikin Planet Money.
Back to Indonesia
Beberapa platform konten audio independen udah bermunculan.
Noice-nya Mahaka. Groupnya Pak Menteri BUMN kita yang denger-denger lagi hiring. Saya minat bantu-bantu lo pak. Consulting retainer basis aja hehe. Ada Revivo juga, kalau mau dengerin konten rohani, mulai dari musik sampe kotbah.
Pattern-nya juga mirip. Beberapa podcaster langsung di lock eksklusif di platform tersebut. Spotify sendiri awal tahun ini udah announce kerjasama eksklusif dengan 8 podcast : Raditya Dika, Do You See What I See, Podkesmas, Rapot, Bagi Horror, Box2Box, Menjadi Manusia. Congrats guys. And thanks to Spotify too, uda bersedia support content creator Indonesia dengan cara yang baru.
Speaking of, podcast gua, Thirty Days of Lunch juga punya surprise yang akan gua share dalam waktu dekat. Ditunggu ya =)
To Sum Up
Walaupun persaingan makin rame dengan artis, celeb, radio & TV personalities yang mulai merambah podcast, the future is bright. At least, kita uda enggak se-abu-abu dulu ketika baru mulai. Monetization is here, dan perlu banget, supaya creatorsnya juga punya bahan bakar untuk bikin konten yg makin baik. Karena shout out di IG Stories ga bisa bayar cicilan gear rekaman & kebutuhan hidup, Bro. Brand is ready to invest & experiment too. Ekosistemnya mulai kebentuk.
Buat yang baru mau jump in, why not?
Tapi saran gua, jangan bikin interview lagi. Uda saturated. Soal ide, gua simpen ya buat blogpost berikutnya. Sebenernya ada puluhan ide podcast yang keren yang gua mau eksekusi. In the meantime, email ke gua aja hi@fellexandroruby.com kalau lo ada ide asik buat podcast.
Smile on shine on,