You Don’t Want To Be An Entrepreneur

by

on

fellexandro ruby entrepreneur writer public speaker

In the photo: Background landscape iconic (Check) + Kendaraan sporty (Check) Entrepreneur much?

Beneran.

Percaya sama gua yg udah pernah mencoba menjalani 9 role yg berbeda. Dalam jalur profesional, merangkak dari kacung kampret to sales manager sudah. Pindah industri dari heavy equipment ke food ke technology startup sudah. Last post, Product & Content Manager. Doing full time work while moonlighting as photographer and blogger pernah. Even trying my luck as musician. Sekarang merasa paling adem sebagai pengusaha, businessman, entrepreneur or whatever you call it. Buat gua itu bagian dari proses gua memahami diri gua, menemukan sejati-nya gua, tapi percaya, ada cara yang lebih baik dari itu. That’s what I’m about to share.

Gua bukan lagi mau takut-takutin lo semua yang lagi mempertimbangkan menjadi pengusaha. Tapi, gua lebih takut lo mati-matian mau menjadi pengusaha, tapi ternyata waktu lo sampai, itu bukan sejatinya elo. Gini, to put things in perspective, one of my partner Rene said it better:

It’s not about where you want to go, it’s about where you are.

Dengan ukuran quotes di atas, kemungkinannya akan ada empat group orang, sebagai berikut:

Where To Go Where You Are.001

Kalau lo ada di group yang (1), good for you girl! Respect for you man! Kalau lo ada di group (2), lo sudah memulai dengan bekal yang benar, gua yakin kemana pun pilihan yang lo tuju nanti, akan seia sekata dengan sejati-nya elo. Kalau lo di group (3) atau (4), first thing first, tarik napas, tenangggg, mayoritas orang ada di situ menurut gua. You’re not alone, that’s why you’re reading this. Sekarang saatnya, melangkah dari introduction ke isi dari tulisan gua ini.

What do you mean ‘Where you are?’

Dimana lo sekarang berarti mengenali diri lo sebaik-baiknya. Sudah pernah tanya ini ke diri sendiri?

  1. What’s your strength?
  2. What are you naturally good at?
  3. How good do you know your personality, how it affect your behavior, how you handle conflict, what cause you stress, and how you solve problems?
  4. What’s the fastest and easiest way for you to learn new things?
  5. Can you be true to yourself, accept who you are?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas bukan hal yang mudah. It’s gonna take time, effort and most importantly, honesty.

Beberapa waktu lalu gua ngobrol dengan salah satu teman influencer millenial yang punya audience lebih dari 30K di Instagram. Early twenties, first jobber, tapi tau banget siapa dia, to a point yang bikin gua kesel sekaligus kagum. Gua request dia untuk berbagi point of view dia di salah satu kelas Limitless Campus, dan dia dengan mudahnya menjawab “Sorry Rub, speaking in public itu bukan gua. Gua sangat baik one to one seperti yang kita lakukan sekarang.” 

Ngeselin kan. Dikasih panggung gak mau. Diajak seru-seruan gak mau. Jir, ditolak gue. Hmm. Apa mungkin dia ternyata adalah seorang wanita, berkata tidak tapi sebenarnya ya?

Maaf otak #conspiracytheory mengambil alih sesaat. Haha.

Ngeselin but its beautiful man, because it’s honest. Ketika lo kenal diri lo banget sampai bisa menolak sesuatu karena lo tau banget itu bukan lo. Berbicara di publik, membagikan ilmu adalah sesuatu yang baik untuk dia, tapi dia tahu apa yang paling baik untuk sejati-nya dia. One on one sessions.

Ini poin gua. Kelemahan lo dihadirkan karena ada alasan di belakangnya. Gak akan gampang menerima kenyataan bahwa lo emang bego dalam beberapa hal, tapi akan sangat melegakan untuk tahu lo punya banyak kekuatan lain. Ketika lo menerima itu, be at peace dengan diri lo di situ lah lo bisa bergerak maju.

Self Awareness: conscious knowledge of one’s own character, feelings, motives, and desires

Memahami Where You Are, mengenali sejati-nya diri lo adalah menerima kelemahan dan menyalakan kekuatan lo sepenuhnya untuk Where You Want To Go. So, do yourself a favor, don’t bullshit yourself with the romanticised version of who you think you could be that’s clearly not who you are.

Gini, keren sih, lagi trend sih punya title startup founder di business card lo. Tapi entrepreneurship means so much more than that. It means, putting in 12,16,18 hours of work, tidur empat jam karena memang begitu banyak yang perlu lo kerjakan. It means, bekerja di weekend, mengorbankan quality time dengan pasangan. It means bisa hidup dengan ketidakpastian. Bulan ini bisa untung 100 juta, bulan depan bisa rugi 100 juta. Apakah itu elo?

Tidak ada yang salah dengan berkarya di dunia professional di corporate. Gua punya banyak banget temen yang dengan sadar bilang “Rub, gua ga bisa hidup tanpa punya angka pasti berapa uang yang akan gua punya di akhir bulan atau apakah gua akan punya penghasilan sama sekali.” Dia tau dalam skala DISC, dia mentok Steadiness-nya. That explains, and nothing wrong with that. Nah, untuk itu, dia memilih peace of mind bekerja di korporasi, supaya dia bisa membebaskan ruang di kepala dia untuk berkarya dan punya weekend yang pasti lowong untuk keluarga. Dia adalah project manager di salah satu group properti terbesar di Indonesia, dengan penghasilan yang cukup untuk belanja 3-4 iPhone terbaru setiap bulan. Is that worse compared to being an entrepreneur? Nope. Would he be happier being an entreprenuer? Most likely not. He’s at his sweet spot now.

Question: Kenapa banyak dari kita yang lebih sibuk dengan Where To Go daripada Where We Are? Kenapa banyak yang belum paham self-awareness?

Answer: Distraction. Social media lebih sering memperlihatkan pencapaian, milestones, awards. Lebih banyak Where To Go. Perhatian bawah sadar kita pun secara tidak langsung mengarah ke sana. Sistem pendidikan, sekolah, universitas, orang tua yang lebih sibuk mengkotak-kotakkan tujuan, harus menentukan jurusan dalam jeda waktu yang sempit antara kelulusan SMA dan kuliah. Mana sempet mikirin kenali diri? Society, pressure untuk sesegera mungkin land a job setelah lulus, sehingga any kind of job will do first. Little did we put our conscious effort looking in ourselves instead of looking out.

Well, now is the time. Siap pindah dari group (3) & (4) ke group (2) or even better, group (1)? Banyak jalan menuju ke sana. I suggest starting on a path with the least resistance. Coba dua online test ini:

16Personalities dan Tony Robbins DISC Profile

I did few years back and in just 10 minutes it gives me an understanding of my nature and how my mind operate. But again, take everything with a grain of salt. Most important take away for me, I become more self-aware of where I am. Izinkan gua untuk berbagi satu key take away yang semakin meyakinkan pilihan gua sebagai pengusaha.

What convince me to stay on the Entrepreneurship path.

Gua menikmati perubahan. Gua menikmati dinamika naik turun bisnis. Gua suka di challenge intellectually untuk mencari jalan ketika bisnis membutuhkan solusi buat problem yang tiba-tiba muncul. Gua ga suka diam di tempat (status quo). Gua enjoy upping the game, being at the frontier of something new, creative, fresh. Gua appreciate flexibility (especially in time).

Hal-hal ini yang temen-temen gua di korporasi tadi ga akan paham. But that’s totally okay. Selama Where You Are (or should I say Who You Are) seirama, seia-sekata, dengan Where You Want To Go.

Isn’t that the ultimate happiness? Sejati-nya lo bertemu dengan mimpi lo.

So, masih mau jadi entrepreneur?

Biasanya setelah gua sharing ini at an event, beberapa pertanyaan peserta akan terjawab, dan beberapa pertanyaan baru akan muncul. Banyak teman-teman gua yang dalam persimpangan, dalam karir maupun hidup, yang terbantu. Ga keitung berapa Millenials & Gen-Z yang diperbarui mind setnya, bahkan parents yang jadi lebih bisa mengerti anak-nya. Ini hanya satu dari sekian banyak ruang kosong dalam sistem pendidikan Indonesia yang gua dan teman-teman di Limitless Campus coba jembatani lewat platform belajar kami. If you need help, help yourself by reaching our team at Limitless Campus.

Cheers,

@fellexandro 


Thanks for reading!

Kalau tulisan ini ngena buat lo, share ke orang-orang yang lo rasa butuh baca ini juga. One act of kindness can have a huge ripple effect. ♥️

Kalau lo suka inspirasi seperti ini, gua share bite-sized daily thoughts di:
Instagram | Twitter |

about this post

7 Responses

  1. Congrats uda bisa ngalahin diri sendiri.
    Gw skr lagi battling againts myself,
    Antara mau lanjut as professionale atau as start-up geek .

    It is hard, but worth to fight for . 🙂

  2. I am feel blessed to have an access to your words. I am 26 and I know where I am and Where to go. Have a very Wonderful-Passionate-TripleShotsCaffeine-OvernightVision-ExtraSalmonForDinner in 2018. I know you knew God bless you.

  3. I should have read this before i took the big leap and jumped from corporate world! It really helps to know whether it’s faith leap or suicidal leap. lol.

    1. Hi Miss G, thank you for writing back. I kinda wished the same too, that’s why I wrote it. Glad that you find it useful.
      Luckily in my case, it was a leap of faith that turned out to be the best decision so far.

Write your comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like..

Productivity, Self Development

Insert : Margin

2 Sep 2020

Productivity, Self Development

Insert : Margin

2 Sep 2020

Financial Literacy, Self Development

Passion vs. Money : Ending The Debate

14 Sep 2020

Financial Literacy, Self Development

Passion vs. Money : Ending The Debate

14 Sep 2020

Productivity, Self Development, The Compound Club

TCC #1: What Gets Measured, Gets Improved

20 Mar 2024

Productivity, Self Development, The Compound Club

TCC #1: What Gets Measured, Gets Improved

20 Mar 2024